Pahlawan Nasional Aceh
Mr. Raden Achmad Soebardjo
Djojoadisoerjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 – meninggal
15 Desember 1978 pada umur 82 tahun) adalah tokoh pejuang kemerdekaan
Indonesia, diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah
Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki
gelar Meester in de Rechten, yang diperoleh di Universitas Leiden
Belanda pada tahun 1933.
Cut Nyak Dhien, pejuang perang Aceh
Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja’
Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6
November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada
masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi,
sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim
Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut
Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.
Cut Nyak Meutia, pejuang perang Aceh
Tjoet Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak,
Aceh Utara, 1870 – Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910) adalah pahlawan
nasional Indonesia dari daerah Aceh. Ia dimakamkan di Alue Kurieng,
Aceh. Ia menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.
Iskandar Muda, Sultan Aceh
Sultan Iskandar Muda (Aceh, Banda
Aceh, 1593 atau 1590 – Banda Aceh, Aceh, 27 September 1636) merupakan
sultan yang paling besar dalam masa Kesultanan Aceh, yang berkuasa dari
tahun 1607 sampai 1636. Aceh mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan
Iskandar Muda, dimana daerah kekuasaannya yang semakin besar dan
reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran
tentang Islam. Namanya kini diabadikan di Bandar Udara Internasional
Sultan Iskandar Muda di Aceh.
Panglima Polim, pejuang perang Aceh
Panglima Polem bernama lengkap Teuku
Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud adalah seorang panglima
Aceh. Sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang jelas mengenai
tanggal dan tahun kelahiran Panglima Polem, yang jelas ia berasal dari
keturunan kaum bangsawan Aceh. Ayahnya bernama Panglima Polem VIII Raja
Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang
juga terkenal dengan Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Mahmud
Arifin merupakan Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar.
Teuku Muhammad Hasan, pejuang kemerdekaan Indonesia, gubernur Sumatera
Teuku Muhammad Hasan adalah Gubernur
Wilayah Sumatera Pertama setelah Indonesia merdeka , Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1948 hingga tahun 1949 dalam Kabinet
Darurat. Selain itu ia adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan
nasional Indonesia.
Teuku Nyak Arif, pejuang kemerdekaan Indonesia, gubernur Aceh pertama
Teuku Nyak Arif adalah Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia juga merupakan Residen/gubernur Aceh yang pertama
periode 1945–1946. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, saat
Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil
pertama dari Aceh.
Teuku Umar, pejuang perang Aceh
Teuku Umar (Meulaboh, 1854 – Meulaboh,
11 Februari 1899) adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang berjuang
dengan cara berpura-pura bekerjasama dengan Belanda. Ia melawan Belanda
ketika telah mengumpulkan senjata dan uang yang cukup banyak.
Teungku Chik di Tiro, pejuang perang Aceh
Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman (Tiro, Pidie, 1836 – Aneuk
Galong, Aceh Besar, Januari 1891) adalah seorang pahlawan nasional dari
Aceh.I Gusti Ngurah Rai – kolonel (anumerta), Pahlawan Nasional Indonesia
Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai (lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30 Januari 1917 – meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia, 20 November 1946 pada umur 29 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali.
I Gusti Ketut Pudja – gubernur Sunda Kecil, Pahlawan Nasional Indonesia
Ide Anak Agung Gde Agung – menteri Indonesia, Pahlawan Nasional Indonesia
Untung Suropati – Pahlawan Nasional Indonesia
I Gusti Ketut Pudja
I Gusti Ketut Pudja (lahir 19 Mei 1908 – meninggal 4 Mei 1977 pada umur 68 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia. Ia ikut serta dalam perumusan negara Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa Tenggara).
I Gusti Ketut Pudja juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Ia kemudian diangkat Soekarno sebagai Gubernur Sunda Kecil.Pada tahun 2011, I Gusti Ketut Pudja ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional bersama 6 orang lainnya
Untung Suropati
Untung Surapati (Bahasa Jawa: Untung Suropati) (terlahir Surawiroaji, lahir di Bali, 1660 – meninggal dunia di Bangil, Jawa Timur, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang tokoh dalam sejarah Nusantara yang dicatat dalam Babad Tanah Jawi. Kisahnya menjadi legendaris karena mengisahkan seorang anak rakyat jelata dan budak VOC yang menjadi seorang bangsawan dan Tumenggung (Bupati) Pasuruan.
Kisah Untung Surapati yang legendaris dan perjuangannya melawan kolonialisme VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 – 1683) adalah putra Sultan Abdul Ma’ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.
MR. Syafrudin Prawiranegara
Mr. Syafruddin Prawiranegara lahir di Serang Banten pada tanggal 28 Februari 1911 dan meninggal di Jakarta 15 Februari 1989 pada umur 77 tahun, adalah pejuang pada masa kemerdekaan Republik Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) ketika pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda saat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.
Syafruddin Prawiranegara telah berhasil menyelamatkan eksistensi Republik Indonesia pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua. Ketika Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta serta sebagian pejabat negara ditawan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, Syafruddin yang saat itu menjabat Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatera Barat. Bersama dengan Teuku Muhammad Hasan dan Kolonel Hidayat, ia mengambil inisiatif untuk membentuk Pemerintahan Darurat.
Hj. Fatmawati Soekarno
Ayah bernama Hassan Din dan ibunya bernama Siti Chadijah,keduanya merupakan keturunan Puti Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.
Beliau adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno (menikah 01-06-1943). Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Prof. Dr. Hazairin
Prof. Dr. Hazairin (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 28 November 1906 – meninggal di Jakarta, 11 Desember 1975 pada umur 69 tahun) adalah seorang pakar hukum adat. Ia menjabat Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo I.
Nani Wartabone
Nani Wartabone, (lahir 30 Januari 1907 – meninggal di Suwawa, Gorontalo, 3 Januari 1986 pada umur 78 tahun), yang dianugerahi gelar “Pahlawan Nasional Indonesia” pada tahun 2003, adalah putra Gorontalo dan tokoh perjuangan dari provinsi Gorontalo. Perjuangannya dimulai ketika ia mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Cabang Gorontalo
ini adalah beberapa pahlawan yang ada di indonesia
0 komentar:
Posting Komentar